Asuhan Keperawatan Ca. Kulit
3.1 Pengkajian
1.
Data Dasar
a.
Identitas
Kajian ini meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan yang terpapar sinar matahari misalnya: petani,buruh bangunan dan lain-lain dan tempat tinggal klien. Selain itu perlu juga dikaji nama dan alamat penanggung jawab serta hubungannya dengan klien.
Kajian ini meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan yang terpapar sinar matahari misalnya: petani,buruh bangunan dan lain-lain dan tempat tinggal klien. Selain itu perlu juga dikaji nama dan alamat penanggung jawab serta hubungannya dengan klien.
b.
Riwayat penyakit dahulu
Berupa penyakit dahulu yang pernah diderita yang berhubungan dengan
keluhan sekarang.
c.
Riwayat penyakit sekarang
Meliputi alasan masuk rumah sakit, kaji keluhan klien, kapan mulai
tanda dan gejala. Faktor yang mempengaruhi, apakah ada upaya-upaya yang
dilakukan.
d.
Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit basalioma atau
kanker (Engram, 1998).
e.
Riwayat pemakaian obat-obatan
dan kosmetik
Kajian ini meliputi pemakaian obat-obatan yang terjual bebas dan
pemakaian kosmetik yang salah.
f.
Data biologis
1)
Pola nutrisi : klien mengalami
anoreksia, dan ketidakmampuan untuk makan.
2)
Pola minum : Masukan cairan
klien adekuat, pasca operasi, klien puasa total 24 jam (Doenges, et, al, 2002).
3)
Pola eliminasi : Terjadi
konstipasi dan berkemih tergantung masukan cairan (Brunner & Suddarth,
2002).
4)
Pola istirahat dan tidur :
Tidak dapat tidur dalam posisi baring rata pasca operasi (Doenges, et, al,
1999).
5)
Pola kebersihan : Penurunan
kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari disebabkan pasca operasi.
6)
Pola aktivitas : Keletihan
melakukan aktivitas sehari-hari (Brunner and Suddarth, 2000).
g.
Data Psikologis
1)
Status emosi
2)
Klien dapat merasa terganggu
dan malu dengan kondisi yang dialaminya atau tidak (Brunner and Suddarth,
2002).
3)
Gaya komunikasi : kesulitan
berbicara dalam kalimat panjang/perkataan yang lebih dari 4 atau 5 sekaligus
(Doenges, et, al, 1999).
4)
Pola interaksi : tidak ada
sistem pendukung, pasangan, keluarga, orang terdekat. Keterbatasn hubunan
dengan orang lain, keluarga atau tidak (Doenges, et, al, 1999)
5)
Pola koping : Klien marah,
cemas, menarik diri atau menyangkal
h.
Data sosial
1)
Pendidikan dan pekerjaan :
tingkat pengetahuan tentang operasi minim.
2)
Hubungan social : kurang
harmonisnya hubunan sosial merupakan stressor emosional pernafasan tidak
teratur (Brunner & Suddarth, 2002)
3)
Gaya hidup : kebiasan merokok,
minum minuman berakohol, sering bergadang (Brunner & Suddarth, 2002).
i.
Data spiritual
Keterbatasan melakukan kegiatan spiritual (Brunner & Suddarth,
2002).
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan umum lemah
b.
Kesadaran composmentis sampai
koma, tergantung tingkat efek pembedahan dan anestesi.
c.
Tanda-tanda vital meningkat
disebabkan adanya infeksi.
d.
Kepala, leher, axilla :
ekspresi wajah meringis, takut.
e.
Hidung : pernafasan cuping
hidung
f.
Dada : berpengaruh apabila
tingkatan infeksi tinggi akan mempengaruhi pernafasan cepat sampai retraksi.
g.
Ekstremitas : ekstremitas
berkeringat. (Brunner & Suddarth, 2002)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1)
Diagnosa keperawatan
pre-operatif
a.
Nyeri akut berhubungan berhubungan dengan proses
penyakit (kompresi/destruksi jaringan saraf,infiltrasi saraf atau suplai
vaskularnya,obstruksi jaringan saraf,inflamasi). ( doenges : hal 1005)
b.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit sekunder karena kanker
c.
Ansietas berhubungan dengan
perubahan pada status kesehatan, kematian, nyeri.
d.
Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan kecacatan karena penyakit atau penanganan kanker kulit
seperti reseksi pembedahan, agen kemoterapi topical, dan atau terapi radiasi
e.
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan penanganan kanker kulit seperti pembedahan dan kemoterapi topical.
2)
Diagnosa keperawatan
post-operatif
a.
Nyeri akut berhubungan dengan
eksisi pembedahan
b.
Kerusakan integritas
kulit/jaringan berhubungan dengan eksisi.
c.
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan luka post operasi.
3.3 Intervensi Keperawatan
1.
Diagnosa keperawatan pre operatif
a.
Nyeri akut berhubungan berhubungan dengan proses
penyakit (kompresi/destruksi jaringan saraf,infiltrasi saraf atau suplai
vaskularnya,obstruksi jaringan saraf,inflamasi.)
Tujuan: nyeri berkurang/hilang atau teratasi
Criteria hasil:
1)
Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi dengan skala
nyeri 0-4
2)
Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
3)
Pasien tidak gelisah
Intervensi:
1)
kaji nyeri dengan pendekatan PQRST
Rasional: Menjadi parameter dasar
untuk melihat sejauh mana renca intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi
keberhasilan dari intervensi menajemen nyeri keperawatan
2)
Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam
Rasional : Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurukan nyeri
3)
Menajemen lingkungan: lingkungan tenang dan batasi pengunjung
Rasional: Istirahat diperlukan selama fase
akut. Disini akan meningkatkan suplai darah pada jaringan yang mengalami
peradangan.
Lingkungan tenang akan menurunkan
stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan
kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada
diruangan.
4)
Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik
Rasional: Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
b.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit sekunder karena kanker
Tujuan:
Kriteria Hasil:
Intervensi
1)
Kaji kulit dengan sering terhadap
efek samping terapi kanker; perhatikan kerusakan/ pelambatan penyembuhan luka.
Tekan kan pentingnya melaporkan area terbuka pada pemberi perawatan.
Rasional
: Efek kemerahan dan kulit samak ( reaksi radiasi) dapat terjadi dalam area
radiasi. Deskuaminasi kering ( kekeringan dan pruritus), deskuamasi lembab (
lepuh) ulserasi, kehilangan rambut, kehilangan dermis, dan kelenjar keringat
juga dapat terlihat. Selain itu reaksi kulit dapat terjadi pada bebebrapa agen
kemoterapi.
2)
Madikan dengan air hangat dan sabun
ringan.
Rasional:
Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
3)
Dorong pasien untuk menghinddari
menggaruk dan menepuk kulit yang kering dari pada menggaruk.
Rasional
: Membantu mencegah friksi/ trauma kulit.
4)
Anjurkan pasien untuk menghindari
krim kulit apapun, salep, dan bedak kecuali di izinkan dokter.
Rasional
: Dapat meningkatkan iritasi/ reaksi secara nyata.
5)
Tinjau protokol perawatan kulit
untuk pasien yang mendapat terapi radiasi.
Rasional
; Dilakukan untuk meinimalkan trauma pada area terapi radiasi.
6)
Hindari menggaruk atau menggunakan
sabun, losion, atau deodoran pada area; hindari memberikan panas atau
mengusahakan mencuci tanda/ tato yang ada di kulit sebagai identifikasi area
iradiasi.
Rasional
: Dapat menimbulkan atau bahkan mempengaruhi pemberian radiasi.
c.
Ansietas berhubungan dengan
perubahan pada status kesehatan, kematian, nyeri
Tujuan : klien dan keluarga tidak cemas lagi.
Kriteria evaluasi :rasa takut dan cemas berkurang sampai hilang.
Intervensi :
1) Kaji status mental termasuk ketakutan pada kejadian isi pikir.
Rasional :pada awal pasien dapat menyangkal dan represi untuk menurunkan dan menyaring informasi keseluruhan.(Doenges, 2000).
Rasional :pada awal pasien dapat menyangkal dan represi untuk menurunkan dan menyaring informasi keseluruhan.(Doenges, 2000).
2) Jelaskan informasi tentang prosedur perawatan.
Rasional : pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan
Rasional : pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan
3) Bantu kelurga untuk mengekspresikan rasa cemas dan takut.
Rasional :keluarga mungkin bermasalah dengan kondisi pasien atau merasa bersalah.(Doenges, 2000).
Rasional :keluarga mungkin bermasalah dengan kondisi pasien atau merasa bersalah.(Doenges, 2000).
d.
Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan kecacatan karena penyakit atau penanganan kanker kulit
seperti reseksi pembedahan, agen kemoterapi topical, dan atau terapi radiasi.
Tujuan: klien bisa menerima keadaannya.
Criteria evaluasi: mendiskusikan strategi untuk mengatasi perubahan
pada citra tubuh.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan pasien trehadap adanya potensi kecacatan yang
berhubungan dengan pembedahan dan atau perubahan kulit.
R: memberikan informasi untuk menformulasikan perencanaan.
R: memberikan informasi untuk menformulasikan perencanaan.
2) Pantau kemampuan pasien untuk melihat perubahan bentuk dirinya.
R: ketidakmampuan untuk melihat bagian tubunhya yang terkena mungkin mengindikasikan kesulitan dalam kopping.
R: ketidakmampuan untuk melihat bagian tubunhya yang terkena mungkin mengindikasikan kesulitan dalam kopping.
3) Dorong pasien untuk mendiskusikan perasaan mengenai perubahan
penampilan dari pembedahan.R: memberikan jalan untuk mengekspesikan emosinya.
4) Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat.
R: meningkatkan perasaan dan memungkinkan respons yang lebih
membantu pasien.
e.
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan penanganan kanker kulit seperti pembedahan dan kemoterapi topical.
Tujuan : klien bisa mengetahui penanganannya.
Kriteria hasil : menyatakan tindakan perawatan diri untuk menurunkan
insiden dan bertambah beratnya gejala yang berhubungan dengan pengobatan.
Intervensi :
Intervensi :
1) Beritahu kapan pembedahan/terapi radiasi akan dilakukan.
R: memberikan informasi yang diperlukan.
2) Jelaskan tujuan dari penanganan
R: meningkatkan pemahaman
terhadap pengobatan.
3) Ajarkan untuk menggunakan kemoterapi topical.
R: meningkatkan perawatan
diri sendiri
4) Beritahu kemungkinan efek samping dari pemberian obat topical
seperti iritasi kulit dan pemakaian yang tidak tepat mungkin dapat menyebabkan
kulit terkelupas atau melepuh.
R: Meningkatkan keamanan dari pemberian obat topical tanpa adnya
komplikasi.
5) Beritahu adanya efek samping dari terapi radiasi dan tindakan
keperawatan diri untuk mengatasinya.
R : meningkatkan perawatan diri.
2. Diagnosa keperawatan post-operatif.
a.
Nyeri akut berhubungan dengan
eksisi pembedahan.
Tujuan : nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria evaluasi :Klien akan melaporkan penurunan rasa nyeri dan
peningkatan aktivitas setiap hari. Luka eksisi bedah sembuh setelah post
operasi tanpa komplikasi.
Intervensi :
1) Observasi skala nyeri, lama intensitas nyeri.
Rasional :Membantu dalam mengidentifikasi derajat nyeri kebutuhan untuk analgesik (Doenges, 1999).
Rasional :Membantu dalam mengidentifikasi derajat nyeri kebutuhan untuk analgesik (Doenges, 1999).
2) Berikan posisi yang nyaman tidak memperberat nyeri.
Rasional:Mengurangi tekanan pada insisi, meningkatkan relaksasi
dalam istirahat (Doenges, 1999).
3) Beri obat analgesik (diazepam, paracetamol) sesuai terapi medik.
Rasional:Membantu mengurangi nyeri untuk meningkatkan kerjasama
dengan aturan terapeutik (Brunner and Suddarth, 2001).
b.
Kerusakan integritas
kulit/jaringan berhubungan dengan eksisi pembedahan.
Tujuan : meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda infeksi.
Tujuan : meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda infeksi.
Kriteria evaluasi : luka bersih tidak tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1)
Observasi luka, catat
karakteristik drainase.
Rasional:Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi selama 48
jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja. Tergantung pada tipe
penutupan luka (misal penyembuhan pertama atau kedua), penyembuhan sempurna
memerlukan waktu 6-8 bulan (Doenges, 1999).
2)
Ganti balutan sesuai kebutuhan,
gunakan tehnik steril.
Rasional:Sejumlah besar cairan pada balutan luka operasi , menuntut
pergantian dengan sering menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi
(Doenges, 1999).
3)
Bersihkan luka sesuai indikasi,
gunakan cairan isotonic Normal Saline 0,9 % atau larutan antibiotik.
Rasional:Diberikan untuk mengobati inflamasi atau infeksi post
operasi atau kontaminasi interpersonal (Doenges, 1999).
c.
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan luka post operasi.
Tujuan : meningkatkan waktu penyembuhan dengan tepat, bebas dari
infeksi serta tidak ada tanda demam.
Kriteria evaluasi : pertahankan lingkungan aseptic
Intervensi :
1) Perhatikan kemerahan disekitar luka operasi.
Rasional:Kemerahan paling umum disebabkan masuknya infeksi ke dalam
tubuh di area insisi (Doenges, 1999).
2) Ganti balutan sesuai indikasi.
Rasional:Balutan basah bertindak sebagai sumbu untuk media untuk
pertumbuhan bakterial.
3) Awasi tanda-tanda vital.
Rasional:Peningkatan suhu menunjukkan komplikasi insisi (Doenges,
1999).
3.4 Evaluasi
1.
Pasien tidak cemas lagi.
2.
Pengetahuan klien bertambah.
3.
Nyeri akut berkurang.
4.
Kerusakan integritas kulit
dapat sembuh.
5.
Resiko tinggi infeksi tidak
terjadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar