Selasa, 21 Agustus 2012
Senin, 20 Agustus 2012
askep disfagia akalasia
BAB III
Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
a. Anamnesis
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan,
alamat, penanggung jawab, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa
medis.
b. Keluhan
utama : Keluhan utama yang sering
menjadi masalah saat makan atau minum.
c. Riwayat
Penyakit Sekarang : Mengalami masalah saat makan atau minum, seringkali
tersedak sampai beberapa kali makanan bukannya tertelan tapi masuk ke rongga hidung
sehingga terbatuk dan bersin saat makan.
d. Riwayat
penyakit dahulu : -
e. Riwayat
Penyakit Keluarga : Untuk mengetahui adanya penyakit yang sama pada generasi
sebelumnya.
f. Pola
kebiasaan :
1.
Pola nutrisi
2.
Pola tidur/istirahat
3.
Pola aktivitas
4.
Pola eliminasi
5.
Pola kopinh
6.
Konsep diri.
g.
Pemeriksaan fisik
a. B1
(Breathing) : awasi adanya peningkatan RR, penggunaan otot bantu nafas dan
nyeri di dada.
b. B2
(Blood) : Nadi normal (60-100 x/menit), TD normal (120/80 mmHg)
c. B3
(Brain) : -
d. B4
(Bladder) : -
e. B5
(Bowel) : nafsu makan turun, nyeri saat menelan
f. B6
(Bone) : pasien lemah, turgor kulit jelek
3.2 Analisis data
Data menyimpang
|
Etiologi
|
Masalah
keperawatan
|
|||
DS:
1.
Sulit
menelan
2.
Dada
terasa terbakar sebelum dan sesudah makan
.
DO:
X-ray,
esophagus dilatasi
|
Sulit menelan
disfagia
makanan tertahan di esofagus
absorpsi
nutrient
berkurang
nutrisi
kurang dari
kebutuhan |
Nutrisi
kurang dari kebutuhan
|
3.3 Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan b.d masukan nutrisi yang kurang.
2.
Resiko
nyeri b.d kesulitan menelan
3.
Kekurangan
volume cairan tubuh berhubungan dengan sulit menelan
4.
Resiko tinggi aspirasi berhubungan
dengan makanan masuk ke saluran nafas.
3.4 Intervensi Keperawatan
1. Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan sulit menelan ditandai oleh pasien
mengeluh mengalami masalah saat makan dan minum.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan
maka masalah kekurangan nutrisi dapat diatasi
Kriteria hasil
1.
Perawat
mampu meningkatkan status nutrisi pasien
2.
Perawat
mampu mengontrol BB pasien
3.
Pasien
terbebas dari tanda-tanda malnutrisi
Intervensi dan rasional
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
|
Tanyakan
pada pasien apakah ia memiliki riwayat alergi terhadap makanan.
Beri
dukungan pada pasien untuk mendapatkan intake kalori yang adekuat sesuai
dengan tipe tubuh dan pola aktivitasnya.
Pasien
dianjurkan untuk makan dengan perlahan dan mengunyah makanan secara seksama.
Pemberian
makanan sedikit dan sering dengan bahan makanan yang tidak bersifat iritatif.
|
Untuk
menentukan nutrisi yang tepat untuk pasien.
Agar
terjadi keseimbangan antara kebutuhan kalori dengan pemasukan kalori.
makan
perlahan dan mengunyah secara seksama dapat memudahkan makanan lewat kedalam
lambung.
meningkatkan
pencernaan dan mencegah.
|
2. Resiko nyeri b.d kesulitan menelan
Tujuan
: Setelah dilakukan perawatan nyeri akut dapat diatasi dan berkurang.
Kriteria
hasil.
1.
Perawat
mampu menurunkan tingkat nyeri, meningkatkan tingkat kenyamanan dan mengontrol
nyeri.
2. Pasien mampu menggunakan skala nyeri
untuk mengidentifikasi tingkat nyeri saat ini dan menentukan tingkat kenyamanan
yang diinginkan.
Intervensi dan rasional
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
|
Mintalah
kepada pasien untuk melaporkan lokasi, intensitas dengan menggunakan skala
nyeri dan kualitas nyeri.
Pemberian
makan sedikit dan sering.
Ajari
pasien metode nonfharmakologi untuk menurunkan nyeri klien.
Anjurkan
pasien untuk menggunakan obat analgesik sesuai dengan yang dianjurkan.
|
Intensitas,
lokasi dan kualitas nyeri hendaknya dilaporkan sesudah prosedur tindakan
untuk mengetahui keberhasilan treatmen .
pemberian
makan dan sering dianjurkan karena jumlah makanan yang terlalu banyak akan
membebani lambung dan meningkatkan refluks lambung.
Digunakan
untuk sebagai suplemen dari metode pharmakologik.
Mencegah
terjadinya penyalahgunaan obat.
|
3. Kekurangan volume cairan
tubuh
berhubungan dengan sulit menelan
Tujuan : Kebutuhan
cairan pasien dapat terpenuhi / tidak mengalami kekurangan cairan tubuh.
Kriteria Hasil :
1. Pasien
tidak bermasalah saat minum
2. Turgor
kulit baik
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Memantau jumlah keluaran urin pasien
|
Agar dapat mengetahui jumlah cairan yang harus diberikan dan
jenis cairan
|
2.
|
Memberikan cairan yang adekuat
|
Agar pasien tidak kekurangan elektrolit dan kebutuhan cairan
stabil (normal)
|
3.
|
Memberikan buah dan sayur yang mengandung banyak air
|
Untuk menambah cairan yang dibutuhkan
|
4.
|
Kaji suhu, warna kulit, kelembapan kulit
|
Mengindikasikan terjadinya dehidrasi
|
4. Resiko
tinggi aspirasi berhubungan dengan makanan masuk ke saluran nafas.
Tujuan : Pasien tidak lagi beresiko
aspirasi saat pemberian nutrisi
Kriteria Hasil :
1. Pasien
tidak tersedak saat makan
2. Pola
nafas pasien tidak terganggu
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Dorong latihan abdomen atau bibir
|
Memberikan beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea
dan menurukan jebakan udara
|
2.
|
Mengajarkan pasien posisi duduk saat makan
|
Posisi duduk mengurangi resiko terjadinya aspirasi
|
Senin, 06 Agustus 2012
askep burst abdomen
BAB III
Asuhan Keperawatan
Kasus
semu
Tn.K, umur 50 tahun,
dirawat di RSUD Soetomo, satu minggu yang lalu pasien telah menjalani bedah
abdomen. Pasien mengeluh nyeri, karena luka bekas operasi pasien sedikit
terbuka. Pasien terlihat lemah dan perawakan pasien tampak kurus.
Asuhan
Keperawatan
3.1 Pengkajian
Pengkajian Meliputi:
a.
Identitas :
Nama :
Tn. K
Umur :
50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama :
Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Mojokerto
MRS :
05 April 2012
b.
Keluhan utama :
nyeri pada daerah sekitar luka operasi
c.
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien post operasi di rumah
sakit Guning Jati. Pasca operasi, pasien
disarankan untuk berpuasa selama 5 hari. Namun, Saat itu pasien hanya puasa
selama 3 hari. Saat itu pasien tidak mengetahui apa penyakitnya. Sebelum di
operasi di rumah sakit Gunung Jati awalnya pasien merasa nyeri perut di seluruh
lapang perut. Pasien tidak bisa BAB selama beberapa hari, dan tidak bisa
kentut. Perut pasien semakin kembung dan keras, mual (-), muntah, (-)
d.
Riwayat Penyakit dahulu: -
e.
Riwayat penyakit keluarga : Dalam keluarga tidak ada yang
memiliki gejala penyakit yang sama seperti pasien.
f.
Pola Kebiasaan:
1.
Pola Nutrisi
Kurang asupan
makanan bergizi.
2.
Pola Tidur/ Istirahat
Klien mengeluh
tidak bisa tidur dan sering terjaga di malam hari karena perasaan tidak nyaman.
3.
Pola aktivitas
Klien merasa aktivitasnya
terbatas akibat dari ketidak nyamanan pada area abdomen yang terdapat
luka post operasi
4.
Pola eliminasi
Tidak bisa BAB
selama beberapa hari
5.
Pola koping
Pola koping klien kurang
adekuat
6.
Konsep diri : -
g.
Pemeriksaan Fisik
a.
B1 (Breath) : RR meningkat 30x/menit
b.
B2 (Blood) :
akral hangat, denyut jantung meningkat, TD meningkat
c.
B3 (Brain) : -
d.
B4 (Bladder) :
-
e.
B5 (Bowel) :
nafsu makan turun, BB turun, pasien lemah. Dilanjutkan dengan memeriksa bagian perut
dimulai dengan :
-
Inspeksi :
adakah pembesaran abdomen, peregangan atau tonjolan. Datar, simetris.
-
Palpasi :
pada permukaan perut untuk menilai kekuatan otot-otot perut.
-
Perkusi :
timpani
-
Auskultasi :
bising usus bertambah.
f.
B6 (Bone) :
lemah, turgor jelek
3.2 Analisa data
Data |
Etiologi |
Masalah |
|||
Data Subjektif:1. Klien tidak nafsu makanData Objektif:1. Bising usus bertambah2. Tonus otot menurun |
Pasca operasidistensi abdomenNafsu makan
| Menurunnya intake makanan |
Nutrisi kurang dari kebutuhan |
||
Data Subjektif1. Klien mengungkapkan secara verbal atau dengan isyaratData Objektif1. Perubahan nafsu makan dan perilaku menjaga dan melindungi2. Skala nyeri 7 |
operasi
| kerusakan jaringan pasca operasinyeri |
Nyeri |
||
Data Subjektif1.Data objektif2. Ada luka bekas pembedahan |
Luka post operasi
| Port de entriResiko infeksi |
Resiko infeksi |
Data subyektifData obyektif1. Kerusakan lapisan kulit2. Gangguan permukaan kulit3. Turgor jelek |
Insisi pada kulitLuka post op
| Resiko kerusakan integritas kulit |
Resiko kerusakan integritas kulit |
||
Data subyektif1. Pasien sesak, nafasnya cepatData obyektif1. RR meningkat >20x per menit. |
distensi abdomenekspansi paru tidak optimaldipsnea |
Pola nafas tidak efektif |
3.1 Diagnosa keperawatan
1.
Nyeri b.d terbukanya luka post operasi.
2.
Pola nafas tidak efektif b.d ekspansi paru tidak optimal
3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu
makan.
4.
Resiko infeksi b.d adanya port de entree dari luka
pembedahan
5.
Resiko kerusakan
integritas kulit b.d proses
invasif pada abdomen
3.2 Intervensi Keperawatan
1.
Nyeri b.d terbukanya luka post operasi
Tujuan : dalam
waktu 2x24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi
Kriteria hasil
:
1.
Pasien menyatakan nyeri berkurang
2.
Skala nyeri 0-1 (0-4)
3.
Ttv dalam batas normal, wajah pasien rileks
Intervensi
|
Rasional
|
2. Kaji
tanda-tanda vital, perhatikan tachikardi, hipertensi, dan peningkatan
pernapasan.
3. Berikan
informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.
4. Dorong
penggunaan tehnik relaksasi, misalnya latihan napas dalam, bimbingan
imajinasi, visualisasi.
5. Kolaborasikan
untuk pemberian obat analgesic yang sesuai.
|
2. Untuk
menunjukkan jika nyeri mengganngu kondisi hemodinamok sehingga dapat diatasi
secara cepat dan tepat.
3.
Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi
nyerinyadan dapat membantu mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana
terapeutik
4.
Teknik relaksasi akan meningkatkan asupan oksigen
sehingga akan menurunkan nyeri.
5. Analgesik
akan menimbulkan penghilangan nyeri yang lebih efektif.
|
1.
Pola nafas tidak efektif b.d ekspansi paru tidak optimal
Tujuan
: Pasien menunjukan pola napas yang
efektif
Kriteria hasil
:
1.
Pasien bebas dari tanda-tanda hipoksia.
2.
Bunyi nafas tambahan tidak ada.
3.
Pasien tidak menunjukan otot bantu pernafasan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
2. Berikan
tambahan oksigen sesuai kebutuhan.
3. Berikan
instruksi untuk latihan nafas dalam
4. Catat
kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan
|
2. Dilakukan
untuk meningkatkan atau memaksimalkan pengambilan oksigen yang akan diikat
oleh Hb.
3. Dengan
latihan napas yang rutin, klien dapat terbiasa untuk napas dalam yang efektif.
4. Sebagai
indikator efektif atau tidakkah intervensi yang dilakukan perawat pada klien.
|
3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu
makan.
Tujuan
: menunjukkan status gizi baik
Kriteria
Hasil:
1.
Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan
2.
Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas
normal
3.
Nilai laboratorium dalam batas normal
4.
Melaporkan keadekuatan tingkat energi
Intervensi |
Rasional |
Mandiri
1. Buat
perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan ke dalam jadwal makan.
2. Dukung
anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah.
3. Tawarkan
makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi
Kolaborasi
4. Patikan
diet memenuhi kebutuhan pernafasan sesuai indikasi.
Observasi
5. Pastikan
pola diet biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai.
6. Pantau
masukan dan pengeluaran dan berat badan secara pariodik.
7. Kaji
turgor kulit pasien
8. Pantau
nilai laboratorium, seperti Hb, albumin, dan kadar glukosa darah
9. Health Edukasi |
1.
Menjaga pola makan pasien sehingga pasien makan
secara teratur
2.
Pasien merasa nyaman dengan makanan yang
dibawa dari rumah dan dapat meningkatkan nafsu makan pasien.
3.
Dengan pemberian porsi yang besar dapat
menjaga keadekuatan nutrisi yang masuk.
4.
Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori diperlukan
atau dibutuhkan selama perawatan.
5. Untuk
mendukung peningkatan nafsu makan pasien
6. Mengetahui
keseimbangan intake dan pengeluaran asupan makanan
7. Sebagai
data penunjang adanya perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan
8. Untuk
dapat mengetahui tingkat kekurangan kandungan Hb, albumin, dan glukosa dalam
darah
9.
Klien terbiasa makan dengan terencana dan
teratur.
|
4. Resiko
infeksi b.d port de entry dari luka pembedahan
Tujuan: dalam waktu 12x24 jam terjadi
perbaikan pada intregitas jaringan lunak dan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
1. pada
hari ke-12 tidak ada tanda-tanda infeksi dan peradangan pada area luka
pembedahan.
2. Leukosit
dalam batas normal
3. Ttv
dalam batas normal
Intervensi |
Rasional |
Mandiri1. Kaji jenis pembedahan, waktu pembedahan dan apakah adanya instruksi khusus dari tim dokter bedah dalam melakukan perawatan luka.2. Jaga kondisi balutan dalam dalam keadaan bersih dan kering3. Lakukan perawatan luka. Lakukan perawatan luka steril pacca pembedahan dan ulangi tiap dua hari sekali pada luka abdomen.Kolaborasi4. Berikan terapi antibiotikObservasi5. Pantau tanda atau gejala infeksi6. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi7. Pantau hasil laboratorium8. Instruksikan untuk menjaga higine pribadi |
1. Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan2. Kondisi bersih dan kering akan menghindarkan kontaminasi komensal.3. Perawatan luka sebaiknya tidak setiap hari untuk menurunkan kontak tindakan dengan luka yang dalam kondisi steril sehinnga mencegah kontaminasi kuman ke luka bedah.4. Pemberian antibiotik dapat mengurangi infeksi5. Dapat melakukan pencegahan dini terhadap terjadinya infeksi6. Dapat menghindari faktor-faktor yang mungkin dapat memperparah infeksi7. Hasil laboratorium dapat menentukan sejauh mana infeksi yang telah terjadi8. Perlindungan terhadap infeksi |
DAFTAR
PUSTAKA
Airlangga, Saktya. 2011. Asuhan keperawatan pada burst abdomen. http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/27/asuhan-keperawatan-burst-abdomen/. Diakses tanggal 2 Mei 2012
Anonim. 2011. Anatomi
dan fisiologi rongga abdomen. http://texbuk.blogspot.com/2011/11/anatomi-fisiologi-rongga-abdomen_552.html.
Diakses tanggal
1 mei 2012
Anonim. 2012. Penatalaksanaan
Burst Abdomen. http://www.bedahmalang.com/tulisan-ilmiah/61-penatalaksanaan-burst-abdomen.html. Diakses tanggal 1 Mei 2012
Brunner & Suddarth. 1997. Keperawatan
Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Kumalasari, Arief Muthagin. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika
Lotfy, Wael. 2009. BURST ABDOMEN: IS IT A PREVENTABLE COMPLICATION?. Vol 28, No 3. www.ess-eg.org/ ../339.pdf.
Diakses tanggal 20 Aprilsumber:
Langganan:
Postingan (Atom)